Kejahatan yang tertunda
Pernah suatu kali gue tersesat saat sedang berlibur di Yogyakarta, gue sama temen gue waktu itu lagi jalan-jalan di lingkungan sekitar keraton. Gue salah mengira bahwa pintu keluar yang harus gue lewati ternyata malah menuju ke arah bagian belakang keraton.
Dengan
gaya sok pede, gue mengajak temen gue menuju ke arah yang gue tunjuk. Tapi
ternyata, semakin jauh melangkah, arah yang gue tuju semakin melenceng dari
tempat semula. gue semakin gak yakin. Akhirnya gue putuskan untuk bertanya
kepada seorang laki-laki paruh baya yang sedang duduk melamun sendirian di pojokan
di bawah sebuah papan bertulisan. Bang,
boleh tanya gak, arah jalan ke keraton dimana ya?, tanya gue. Oh, Uh, jawabnya sambil memonyongkan
bibirnya. Gue jadi heran, busyet ini orang, gue nanya jalan dia malah bertingkah
sok imut gini. Masa mesti gue cium dulu dia supaya dia jawab, pikir gue. Gue tanya ke dia sekali lagi. Jadi kemana arahnya bang?. Oh, uh,
Muahahahaha... dia makin ekstrim menjawab pertanyaan gue sambil
ketawa-ketawa dan nunjuk mulut monyongnya.
Gue jadi berfikir, apa dia takut
kali ya lihat wajah gue. Akhirnya gue
putuskan buat ambil jurus seribu langkah pergi menjauh secepatnya dari tempat
itu. Dan ternyata, dia malah makin ganas
teriak-teriak gak karuan sambil ketawa dan ngelempar batu. Gue gak pernah
nyangka, ternyata orang sini kalau ditanya sesuatu, responnya bisa seganas itu. Gue jadi berasa buronan yang abis nyuri jambu
orang lain, terus kepergok sama pemiliknya dan gue lari lalu dilempar batu.
Untung saja gak ada yang kena.
Gue
lari tanpa melihat ke belakang lagi. Gue jadi ngos-ngosan. Setelah gue rasa agak
jauh, untuk kali kedua gue memberanikan bertanya sama orang lain. Kali ini gue
bertanya sama seorang ibu-ibu yang lagi nyapu. Berharap supaya tidak mendapat
respon yang se-ekstrim tadi, gue mulai menjalankan siasat. Gue coba rayu dulu
ibu itu. Permisi mbak, lagi apa nih?,
lagi nyapu ya? waw sapunya cantik banget ya?, beli dimana nih? Boleh saya
kenalan sama sapunya? Nama sapunya siapa mbak? Gue meracau sendiri. Sang ibu memandang heran. Ternyata siasat gue
gagal total. Gue malah dijitak sama
temen gue. sialan lu, apa-apaan, malu-maluin aja. Gue nyengir. Eh iya mbak
maaf, saya Cuma mau tanya, jalan ke arah alun-alun lewat mana ya?. Oh, kamu mau ke alun-alun ya?. Jalan ke sana jauh dek, kamu naik becak saja
ya, nanti juga diantar sampai tujuan. Katanya sambil nunjuk becak milik
suaminya (mungkin) yang lagi mangkal. Gue berfikir barangkali inilah
persekongkolan antara suami-istri. Oh,
iya mbak, kalau gitu terimakasih banyak.
Sebelum pergi gue sempat nanya lagi.
Maaf mbak, orang itu kenapa ya?, Padahal kita tadi Cuma nanya arah tapi
dia ngejawabnya sambil teriak-teriak gitu.
Kata gue sambil menunjuk laki-laki yang tadi dari kejauhan. Lha emang kamu gak bisa baca ya dek, tadi kan
didekat sana ada papan tulisan RSJ SUMBER KASIH. Gue bergumam dalam hati,
untung tadi langsung lari.
Pengalaman lain yang gak kalah
menyebalkan waktu gue sama temen-temen gue berlibur ke pantai. Disana kita nyewa sebuah rumah karena kita
berangkat dalam rombongan satu bus.
Lalu
besoknya pagi-pagi jam 8 gue sama rombongan berencana main di pantai sambil
berenang, ngubur badan sama pasir pantai, dan main bola. Gue masih ingat, saking serunya kita main
bola sampai-sampai ada orang yang kena tendangan bola temen gue. pas kita minta maaf, doi cuma ngeloyor pergi
tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sepertinya dia ngambek abis. Gak
apalah, nanti kalau jodoh juga pasti ketemu lagi.
Agak
siangan dikit, tiba-tiba muncul beberapa orang laki-laki tanpa memakai baju,
berkulit hitam dengan badan berotot datang nyamperin kita dan nawarin buat naik
perahu ke sebuah pulau di seberang. Awalnya
kami tidak menanggapi. Tapi lama-lama
dengan wajah memelas, akhirnya kami terpaksa setuju, tentunya setelah tawar
menawar dengan cukup alot dan akhirnya kami dapat diskon hingga 50 %.
Salah
satu pelajaran yang harus lo ingat saat liburan adalah. Jangan gampang percaya sama orang gak berbaju
yang nawarin kita naik perahu dengan harga miring (tapi ini jelas lebih baik
daripada perahunya yang miring).
Awalnya
mereka benar-benar baik, ramah, dengan wajah berbunga-bunga. Tapi, percaya sama gue. saat kita sudah sampai ke tujuan wajah mereka
tiba-tiba berubah 360 derajat, wajah mereka menjadi sangar, kepalanya bertanduk
(maaf yang ini gak beneran). Mereka
dengan entengnya ngomong. kalian tunggu
saja disini sampai kami jemput, tanpa senyum sedikitpun.
Gue
protes sejadi-jadinya sama mereka, tapi mereka gak menanggapi sama sekali, kami bener-bener menyesal sudah menerima
tawaran mereka. Ya, terpaksa kami harus
menunggu.
Mereka
akhirnya datang pas lewat tengah hari. Dan
sialnya, mereka langsung minta bayaran kepada kami tanpa ada diskon sedikitpun
seperti yang sudah tadi kami sepakati.
Terpaksa kami bayar daripada harus ditinggal di pulau ini dan dijailin
sama beberapa ekor monyet genit yang bergelantungan disekitar kami.
Satu
lagi kisah gak menyenangkan yang dialami temen gue. dia dibuat nyasar sama
tukang becak, padahal temen gue minta diantar ke penginapannya tapi malah sampai
entah dimana.
Sekali
lagi gue peringatkan kalian buat hati-hati kemanapun kalian berlibur. Karena dimana ada orang yang berlibur, disitu
pasti dia bawa uang, dan dimana ada uang
pasti bakal ada niat busuk.
Kejahatan
bisa terjadi bukan karena hanya ada kesempatan dan niat, tapi juga karena ada
objeknya.
Catatan : Ini sebagai janji gue yang memposting draft novel komedi ke 2 dari 10 judul.
Catatan : Ini sebagai janji gue yang memposting draft novel komedi ke 2 dari 10 judul.
Komentar
Posting Komentar
Semua berawal dari hal kecil, kita sama-sama belajar, Berkomentarlah yang baik dan Sopan. Kritik anda akan membangun Situs ini. dan Ingat No SARA