Nikah muda?

Yap dalam beberapa waktu terakhir gue sering banget melihat ceramah di YouTube, TV, medsos yang mendorong buat nikah muda, secara ga sadar itu jadinya memang sedikit demi sedikit akan mempengaruhi dan mengubah pola pikir kita, gue setuju dan ingin juga melakukan itu karena itu memang hal yang baik yang patut dilakukan.


Tapi kadang gue berfikir, apakah anak anak muda sekarang itu memang secara lahiriyah dan batiniyah sudah siap - (tentu saja) siap diluar dari faktor kemauan, karena soal kemampuan yang diukur dari kemauan itu akan dengan mudah dijawab oleh siapapun, termasuk gue juga.


Tapi dibalik dua hal yang bertentangan itu, mengenai satu sisi yang selalu mendorong: ayo nikah muda, nikah muda asyik, rezeki ditangan allah dan disisi lainnya: kamu sudah siap apa?, Kamu sudah bisa mandiri menghidupi anak orang?, Kamu siap menanggung beban yang nantinya bukan cuma istri kamu?, Tapi keluarga dari pihak istri kamu dan keluargamu sendiri akan menjadi tanggung jawabmu?. 


Yap dibalik hal itu gue mengalami pemikiran yang bertentangan. Apakah gue sanggup menghidupi mereka semua?, 


Disini mulailah sisi realitas dan keyakinan berhadapan.


Disitu gue mulai bingung, gue berpikir, memang orangtua ga akan pernah minta apa-apa dari kita, seperti biasanya orangtua gue, sebutuh apapun, gapernah mereka meminta sepeserpun dari gue, bahkan mereka selalu menggunakan bahasa: mamah minjem dulu ya, nanti kalau sudah ada uang mamah ganti, sedih gue tiap mendengar kata itu.


Coba pikir orang tua yang udah susah payah setengah mati biayain kita, nyekolahin kita belasan tahun, lalu sekarang apa balas jasa kita ke mereka?.


Oke pertama disini gue mau menekankan dulu bahwa gue berbicara dari sisi seorang lelaki yang bakal menanggung tanggung jawab kedua pihak (karena semua laki-laki memiliki tanggung jawab itu) kenapa bisa gitu?, Itu jelas, dalam agama islam, istri harus mendahulukan kepentingan suami daripada orang tuanya, tetapi suami tidak boleh meninggalkan kewajiban atas orangtua kandungnya, nah lantas siapa yang akan mengambil tanggung jawab atas orangtua dari istri saat istri disuruh mengutamakan suami?, Tentu suami lah yang harus mengambil itu, sudah jelas kan?, Mohon koreksi jika gue salah.


Mari kembali lagi ke topik, minimal apa balas jasa kita ke orang tua yang selama belasan tahun menbiayai kita sebelum kita memutuskan untuk menikah?, Oke disini gue ga mau naif, kita sama sama tau sendiri setelah menikah akan dibawa kemana kan?,


Ga mungkin kita ngontrak terus, ga mungkin kita tinggal di rumah orang tua sehabis nikah, (khusus tinggal di rumah orangtua ini adalah prinsip gue pribadi karena gue setelah menikah ga mau sama sekali buat nyusahin siapapun) ayolah bung, rumah orangtuamu sudah sempit, masa mau kau tambah lagi orang luar masuk kesana, pikirkan juga calon istrimu, memang gampang buat dia beradaptasi dengan keluarga yang bahkan sebelumnya belum pernah dia kenal sama sekali. Dan lagi apa kalian tidak mau mandiri dengan membangun kehidupan rumah tangga yang bebas dari intervensi orang tua?.


Tentunya kan ada keinginan buat beli rumah dll,  tapi itu butuh biaya, dan kapan kita bisa menyejahterakan orangtua kalau waktu dan uang kita habis?, Dengan apa?. Gue juga ga menilai bahwa jasa orangtua itu cuma sebatas soal uang saja, tapi gimana caranya kita bahagiain mereka kalau kita ga punya apa apa?. Gue masih belum ketemu mengenai jalan terbaik dari itu semua, mungkin ada yang punya pandangan?.

Tapi gue juga ga sepenuhnya setuju dengan pandangan itu, karena kalau pandangan itu dipake terus, yang ada orang ga nikah nikah.


Mari gue ilustrasikan bahwa kekhawatiran itu tercermin dalam benak seorang anak muda, usia 22-25 tahun, pendidikan sarjana dan setingkat, pengahsilan diatas standar rata rata ibukota, 


Keluarga biasa biasa saja, tidak miskin tapi tidak kaya juga.


Bisajadi orang ini gue dan bisa jadi orang lain. Gue hanya memberi ilustrasi.


Dan malam ini entah mengapa saat gue sedang buka buka Instagram selepas lelah pulang dari kantor, gue menemukan sebuah jawaban yang ngena di hati gue atas pertanyaan: kapan nikah? Yang mengilhami gue membuat tulisan ini. gue terkesan sama jawabannya, jawabannya bagus, apakah ada yang memiliki jawaban lebih bagus?, Please share disini


(Jawabannya tercantum di gambar)


Sekali lagi disini gue ga menggeneralisir siapapun, ini anggaplah pikiran gue dan orang orang seperti gue saat ada di posisi yang sama.


Dan tekad gue dalam hati : gue harus nikah muda dalam keadaan siap segala-galanya, berarti gue harus bekerja lebih giat.


Sekian.


Komentar

Postingan Populer